Powered By Blogger

Pengikut

Sabtu, 02 Juni 2012

PEMBELAJARAN MELALUI KOPERATIF VARIASI

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Koperatif  merupakan bentuk kegiatan yang bersifat kerjasama, sedangkan pembelajaran koperatif merupakan pembelajaran yang menekankan kerjasama dalam kelompok. Slavin dalam Nur Asma, (2006:11) mengemukakan bahwa dalam belajar koperatif, siswa belajar bersama, saling menyumbang pemikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok.



            Davidson dan Kroll dalam Nur Asma, (2006:11) mendefinisikan belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka.



            Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar kooperatif merupakan proses pembelajaran yang menekankan pada kerjasama natar siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah belajar, saling bertukar pikiran dalam belajar yang dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga siswa bertangung jawab secara individu maupun kelompok untuk mencapai hasil belajar.

 

B.     RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan makalah ini adalah :

A.    Bagaimana model pembelajaran koperatif tipe STAD

B.     Bagaimana model pembelajaran koperatif tipe tim ahli (JIGSAW)

C.     Bagaimana model pembelajaran tipe think pair share (TPS)

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    MODEL  PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE STAD

 

1.      Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


            Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.



            Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.


            Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasi materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.

 

2.       Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD.

 

Ø  Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok


Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan dipelajarai siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas dapat berdasarkan pada :

a.       Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah)
Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.

b.      Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
           

Ø  Penyajian Materi Pelajaran


a. Pendahuluan


Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya


b. Pengembangan


Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.


c. Praktek terkendali


Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.

 

Ø  Kegiatan kelompok


Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.

Ø  Evaluasi
Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan kelompok.

Ø  Penghargaan kelompok


Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil nilai perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.

 

Ø  Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok


Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan teman yang lain.




3.      Proses STAD

 

Proses STAD yaitu ;

Ø  Guru memberikan penjelasan. Jelasnya guru menerangkan (ekspositori) materi baru, memberi contoh cara mengerjakan soal baru, meragakan keterampilan baru dsb. Misalnya pelajaran baru Matematika mengenai cara menghitung luas segi tiga.

Ø   Murid belajar dalam tim atau kelompok. Dalam tim atau kelompok itu murid-murid secara bersama memperdalam atau memperluas materi pelajaran, atau “menderes” (mengulang menghapalkan) materi pelajaran), atau berlatih bersama-sama (bekerja sama) mengerjakan soal-soal (“quiz latihan,” LKS, dsb.). Jadi, untuk tahap kedua STAD itu (kerja tim)  guru harus menyediakan tugas yang harus dikerjakan oleh semua kelompok. Misalnya murid bersama-sama berlatih menghitung luas segi tiga dengan ukuran yang berbeda-beda yang sudah disediakan guru

Ø  Tes akhir sesi. Pada akhir “sesi,” bisa akhir satu pertemuan, dua pertemuan, atau tiga pertemuan, tergantung pada isi pokok bahasan atau materi pelajaran, dan perkiraan siswa dapat menangkap atau menguasai pelajaran, diadakanlah tes individual, dengan “quiz tes,” misalnya. Dalam tes ini tentu tidak ada lagi kerja sama. Misalnya guru menyajikan beberapa gambar segi tiga dengan ukuran tertentu, dan murid diminta menghitungnya.

Ø   Penilaian dan pemberian penghargaan. Tes akhir sesi dikoreksi (dinilai) guru untuk nantinya diberitahukan kepada seluruh siswa. Ada pemberian bonus atau penghargaan (tidak harus selalu berupa materi) kepada tim terbaik (Lihat pula uraian di bawah nanti).

 

 

4.       Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD


            Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok ter tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

 

B.     MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE TIM AHLI (JIGSAW)

 

1.      Pengertian Pembelajaran Koperatif Tim Ahli

Model Pembelajaran yang kita gunakan saat mengajar dikelas tentu sangat berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran. Banyak diketahui model-model pembelajaran, antara lain Examples Non Examples, Picture and Picture, Numbered Heads Together, Cooperative Script,  STAD (Student TeamsAchievement Divisions), Problem Based Introduction (PBI), JIgSaw, dan lain-lain. Pada artikel ini kita mencoba mengetahui tentang Model Pembelajaran Kooperatif JigSaw. Dari pengalaman yang pernah saya lakukan model pembelajaran ini efektif  dan siswa termotivasi untuk lebih mengerti dan memahami materi pelajaran yang diberikan. Mudah-mudahan bermanfaat

Pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson, kemudian diadaptasi oleh Slavin. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).

Model pembelajaran Jigsaw adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa (student centered) dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Para anggota dari kelompok asal yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk berdiskusi(antar ahli), saling membantu satu dengan yang lainnya untuk mempelajari topik yang diberikan (ditugaskan pada mereka). Siswa tersebut kemudian kembali pada kelompok masing-masing(kelompok asal) untuk menjelaskan kepada teman-teman satu kelompok tentang apa yang telah dipelajarinya. Guru mengawasi pekerjaan masing-masing kelompok. Dan jika diperlukan membantu kelompok yang mengalamai kesulitan dan memberikan penekanan terhadap topik yang sedang dibahas. Pada akhir pembelajaran diberikan kuis dengan materi yang telah dibahas.

2.      Langkah-Langkah Pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran dalam model ini dapat dilaksanakan dalam dua tahap yaitu:
Awal kegiatan pembelajaran

a.       Persiapan

Ø  Melakukan Pembelajaran Pendahuluan, dimana Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.

Ø  Materi, Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.

Ø  Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli, Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya

Ø  Menentukan Skor Awal, Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

 

b.      Rencana Kegiatan

 

Ø  Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.

Ø  Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.

Ø  Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya.

Ø  Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.

Ø  Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.

 

c.       Sistem Evaluasi

Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:

Ø  Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.

Ø  Membuat laporan mandiri atau kelompok.

Ø  Presentasi.

 

C.    MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

 

1.      Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)

Think-Pair-Share (TPS) pertama kali dikembangkan oleh Lyman pada tahun 1981. Resiko dalam pembelajaran TPS relatif rendah dan struktur pembelajaran kolaboratif pendek, sehingga sangat ideal bagi guru dan siswa yang baru belajar kolaboratif.  TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota).

TPS memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Namun, tahapan TPS dimasukkan sebagai tahapan review setelah siswa bekerja dalam tim. Adapaun siklus regular pembelajaran yang dimaksud adalah :

Ø  tahapan pengajaran

Ø  tahapan belajar tim

Ø  tahapan TPS

Ø  tahapan penilaian

Ø  \tahapan rekognisi/penghargaan.

Dalam TPS, guru menantang dengan pertanyaan terbuka dan memberi siswa setengah sampai satu menit untuk memikirkan pertanyaan itu. Hal ini penting karena memberikan kesempatan siswa untuk mulai merumuskan jawaban dengan mengambil informasi dari memori jangka panjang. Siswa kemudian berpasangan dengan satu anggota kelompok kolaboratif atau tetangga yang duduk di dekatnya dan mendiskusikan ide-ide mereka tentang pertanyaan selama beberapa menit.

Guru dalam hal ini dapat mengatur pasangan yang tidak sekelompok untuk menciptakan variasi gaya gaya belajar bagi siswa. Struktur TPS memberikan kesempatan yang sama pada semua siswa untuk mendiskusikan ide-ide mereka.  Hal ini penting karena siswa mulai untuk membangun pengetahuan mereka dalam diskusi ini, di samping untuk mengetahui apa yang mereka dapat lakukan dan belum ketahui. Proses aktif ini biasanya tidak tersedia bagi siswa dalam pembelajaran tradisional.

Setelah beberapa menit guru dapat memilih secara acak pasangan yang ingin berbagi di hadapan kelas. Proses ini dapat dilakukan dengan meminta inisiatif siswa. Siswa biasanya lebih rela untuk merespon setelah mereka memiliki kesempatan untuk mendiskusikan ide-ide mereka dengan teman sekelas karena jika jawabannya salah, rasa malu dapat dirasakan bersama. Selain itu, tanggapan yang diterima sering lebih intelektual sehingga melalui proses ini siswa dapat mengubah atau merefleksi ide-ide mereka.

Struktur TPS juga meningkatkan keterampilan komunikasi lisan siswa ketika mereka mendiskusikan ide-ide mereka dengan satu sama lain. “Intermezzo” singkat ini juga dapat dijadikan kesempatan yang tepat bagi guru untuk membahas konsep yang akan didiskusikan atau dipelajari siswa pada periode berikutnya. Salah satu variasi dari struktur TPS ini adalah siswa dapat menuliskan pikiran mereka di sebuah kartu dan mengumpulkannya. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk melihat apakah ada masalah dalam pemahaman mereka.

Dalam Implementasinya secara teknis Howard (2006) mengemukakan lima langkah utama dalam pembelajaran dengan teknik TPS, sebagai berikut:

Ø  Step1 :Guru memberitahukan sebuah topik dan  menyatakan berapa lama setiap siswa akan berbagi informasi dengan pasangan mereka.

Ø  Step 2 : Guru akan menetapkan waktu berpikir secara individual.

Ø  Step 3 : Dalam pasangan, pasangan A akan berbagi; pasangan B akan mendengar.

Ø  Step 4 : Pasangan B kemudian akan merespon pasangan A.

Ø  Step 5 : Pasangan berganti peran.

 Howard (2006), memberikan stressing terhadap sebuah pilihan yang dapat diperhatikan pada struktur TPS ini, yaitu guru dapat menetapkan respon awal sebelum step 4. Misalnya, terima kasih atas sharingnya, satu hal saya telah pelajari dengan mendengarkan kamu …, saya senang mendengarkan kamu sebab…..

Pembelajaran kooperatif besar karena otak yang berbeda memungkinkan untuk berkonsentrasi pada ide-ide yang sama. Semua siswa berasal dari orang tua yang berbeda dan karena itu mereka memiliki kekuatan dalam bidang yang berbeda, sehingga hal ini cocok untuk pembelajaran kooperatif. Dalam Pembelajaran TPS, jika siswa tidak kuat dalam sebuah topik, atau tidak sepenuhnya memahami konsep ide, pasangan mereka dapat membantu memahami dan menjelaskannya kepada mereka. Jika siswa masih tidak mengerti mereka bisa mencoba untuk memberi pemahaman secara sederhana dan akrab. Biasanya dua otak bekerja lebih baik dari pada satu.

Pembelajaran TPS dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang.

Pembelajaran TPS juga mengembangkan keterampilan, yang sangat penting dalam perkembangan dunia saat ini. Pembelajaran TPS bisa mengajarkan orang untuk bekerja bersama-sama dan lebih efisien, biasanya kegiatan praktik perlu dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan bekerja sama, dua orang dapat menyelesaikan sesuatu lebih cepat.

Kerugian diperoleh dengan pembelajaran kooperatif (khususnya TPS) sering didapatkan oleh siswa-siswa malas. Kadang-kadang satu orang yang tersisa dengan semua pekerjaan karena pasangan mereka tidak memberi bantuan. Biasanya dengan kerjasama dalam TPS yang diberikan adalah untuk dua orang. Kelemahan yang diperoleh adalah jika pasangan siswa tidak memahami informasi sama sekali, siswa dapat diperlambat, hanya karena dia harus menjelaskan semua materi sebelum dia benar-benar dapat memulai menyelesaikan masalah atau melakukan instruksi yang diberikan.

Kelemahan ketiga ditemukan dengan pembelajaran TPS adalah pemaksa siswa. Kadang-kadang siswa dapat terjebak dengan orang yang harus melakukan semua pekerjaan, dan tidak akan memperlambat mereka. Dalam beberapa kasus ini bisa baik, jika orang yang malas dipasangkan dengan orang yang ambisius dan tidak ada yang marah. Tapi itu memunculkan poin lain yang baik, karena kadang-kadang siswa membutuhkan pengalaman benturan kepribadian orang lain. Dalam beberapa kasus waktu yang dibutuhkan untuk praktik tidak terduga, karena siswa menghabiskan lebih banyak waktu dalam perbedaan daripada waktu yang digunakan dalam melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya.

Bagi para guru yang berencana untuk menggunakan pembelajaran kooperatif TPS dalam kelas, mereka harus melakukannya. Meskipun ada beberapa kelemahan, pembelajaran kooperatif dipercaya dalam jangka panjang keuntungan dapat diperoleh jauh lebih besar dari kerugiannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah guru harus jeli melihat dan memasangkan siswa. Siswa memang harus mampu mengatasi perbedaan satu sama lain, tetapi hal ini tidak selalu terjadi. Siswa juga sebaiknya tidak memilih pasangan mereka, akan tetapi keterlibatan siswa dalam penetapan kelompok guru dapat meminta siswa menulis di selembar kertas lima nama yang mereka tidak keberatan bekerja bersama. Guru kemudian dapat memasangkan siswa sesuai dengan cara ini untuk menyelesaikan pekerjaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

 

1.      Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

2.      Model pembelajaran Jigsaw adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa (student centered) dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.

3.      TPS merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota).        

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP.



Widowati, Budijastuti. 2001 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Sumber, makalah-di.blogspot.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkatrahmat dan karunianya, penulis menyelesaikan makalah yang berjudul “ PEMBELAJARAN KOPERATIF MELALUI VARIASI “

            Dalam penyelesaian makalah ini, sudah tentu banyak kekurangan yang ada pada makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat berguna untuk pembangunan makalah ini agar bisa berguna bagi seluruh lapisan masyarakat.

            Akhirnya, saya selaku penulis memohonkan ma’af dan terima kasih sebanyak-banyaknya atas kekurangn dan dan penerimaan makalah ini ditangan pembaca.

 

 

 

                                                                                                                    Kendari, 19 Mei 2012

 

 

                                                                                                           

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR ISI

 

Halaman judul.…………………………………………………………………………………i


Kata Pengantar....………………………………………………………………………………ii


Daftar Isi.………………………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

A.    LatarBelakang…………………………………………………………………………..1

 

B.     RumusanMasalah……………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN

A.    Model Pembelajaran Koperatif Tipe STAD ………………………………………........2

1.      Pengerian Model Pembelajaran Koperatif Tipe STAD........................................2

2.      Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD..................................................2

3.      Proses STAD………………………………………………………………….....4

4.      Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD......................................................4

 

B.     Model Pembelajaran Koperatif Tipe Tim Ahli (JIGSAW)...............................................5

1.      Pengertian Model Pembelajaran Koperatif Tipe Tim Ahli....................................5

2.      Langkah-Langkah Pembelajaran............................................................................6

 

C.     Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share (TPS)............................................7

1.      Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share (TPS)............................................7

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan

DAFTARPUSTAKA

 

 

LAMBANG UNHALU1Tugas kelompok

 

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

(pembelajaran melalui koperatif variasi)



LAMBANG UNHALU1

 

 

 

 

 

 

 

 


                                                                            OLEH

                                                                      IRNAWATI 

                                                                   A1 A2 11 047

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

20I2